Akhirnya aku berhasil meraih rijbewijs di Belanda alias SIM. Itupun
dengan acara penuh drama dan cucuran keringat selama berbulan bulan.
Berbulan bulan! Astaga…. selama itukah? Ya, dalam jangka waktu yang lama
dan sulit diprediksi!
Tanggal 7 September 2015, aku bisa bernafas lega setelah dinyatakan
lulus oleh examinator yang super ramah. Rasa syukur dan air mata
mengiringi kepulanganku ke rumah saat Perry instrukturku mengantarkanku
pulang. Ah sebegitu mengharu birukah, hingga aku mengeluarkan air mata
saat dinyatakan lulus? Tapi begitulah kenyataanya.
Sejak tahun 1905 Belanda mewajibkan siapapun yang mengendari
kendaraan bermotor untuk melengkapi dirinya dengan rijbewijs, saat itu
belum ada ujian untuk meraih rijbewijs. Barulah di tahun 1927 diadakan
test atau ujian kemampuan dalam mengendarai mobil, mereka yang lulus
dari test tersebut berhak mendapatkan rijbewijs dan berkendaraan dengan
mengikuti ketentuan yang ada.
Di Belanda, sebelum kita mendaftarkan untuk ujian praktek mobil, kita
diwajibkan mengikuti les mobil dari seseorang yang profesional di
bidangnya. Bisa melalui sekolah nyetir atau seseorang yang mempunyai
kewenangan memberikan les mobil. Ini berbeda dengan negara negara Eropa
lainnya yang bisa belajar dari orang bukan profesional, mereka bisa
belajar dari siapapun (keluarga misalnya) yang penting saat ujian
praktek lancar dan sesuai standar, maka kita dapat lulus walaupun tidak
belajar dari seorang profesional.
Walaupun aku mempunyai pengalaman bertahun tahun mengendari mobil di
Indonesia, itu bukan jaminan aku bisa lancar dan langsung lulus dalam
ujian mobil ini. Dibutuhkan waktu yang cukup lama. Aku mulai ikut les
mobil sejak bulan Nov 2014, seminggu sekali dimana tiap pertemuan adalah
100 menit dengan biaya 58 euro setiap satu pertemuan. Pada bulan
desember sang instruktur atau pelatih mobilku liburan, sehingga akupun
libur. Tgl 29 Januari 2015 aku lulus ujian teori, dengan kerja keras
yang maksimal aku berhasil lulus dalam satu kali ujian, hal yang luar
biasa menurut instrukturku karena aku berasal dari negara yang tidak
menggunakan bahasa Belanda namun toh berhasil lulus dalam sekali ujian.
Ini ceritanya Ujian teori SIM.
Keadaan berbeda setelah aku lulus ujian teori, setiap datang Perry
menjemputku, aku panik luar biasa, kemampuan menyetirku seakan makin
mundur karena Perry selalu mengoreksiku dengan keras. Aku tau, aku bukan
orang yang tabah jika dikerasi, aku hanya bisa bilang oke oke dihadapan
Perry tapi hatiku sakit luar biasa, aku takut setiap dia datang. Saat
aku salah aku diteriakinya, why? Tanyanya, kenapa melakukan kesalahan
yang sama? Aku tak dapat menguasai mobil dengan baik, kurang kecepatan
saat masuk ke jalan tol, terlalu cepat di dalam kota, terlalu cepat di
setiap belokan, tak becus melihat kaca spion, tak mahir melihat petunjuk
tempat, bahkan kadang aku mengambil jalan yang salah!
Berbulan bulan aku tak percaya diri jika harus les mobil, aku
bercerita pada ibuku dengan menderitanya, diujung sana ibuku tak
percaya. Bagaimana bisa? Aku sudah punya SIM sejak berumur 18 tahun,
ibuku sudah nyetir mobil sejak aku kecil, dimana jaman itu jarang sekali
ibu ibu yang menyetir mobil, ibuku tukang ngebut dan ternyata menurun
padaku. Keluargaku tahu tentang kemampuanku menyetir mobil, teman
lelakiku berkomentar, aku tidak termasuk dalam golongan mereka yang
mendapat maklum dijalan raya jika mengendari mobil dalam arti lain
perempuan yang dianggap tak setangkas laki laki jika berkendaraan, aku
bukan golongan itu, hehehe.
Tapi kini, aku merasa berada di level paling bawah dalam berkemampuan
menyetir mobil, dimata Perry aku selalu salah melulu. Luc menyarankan
aku ganti instruktur, aku menolaknya! kataku tunggu hingga aku betul
betul tak dapat menghandelnya.
Bulan Mei aku mengikuti proef examen. Tanganku menggigil saat
menyetir mobil, keringat bercucuran, rasanya aku tak kuasa berpikir,
yang ada dikepalaku adalah aku ingin segera kembali ke tempat ujian, tak
peduli hasilnya seperti apa. Sang examinator menjelaskan pada
intrukturku apa yang terjadi selama proef examen. Proef examen adalah
ujian yang bukan sesungguhnya, dalam proef examen tak ada kata lulus
atau tidak lulus. Ini adalah pengenalan ujian, semacam study bandingg
lah, gini loh ujian mobil itu. Proef examen tidak diwajibkan, biasanya
instruktur memberi advies pada kita, apakan kita perlu proef examen atau
tidak. Perry menganjurkanku ikut proef examen karena aku selalu panik
dan tak percaya diri. Zenewachtig istilahnya atau yang dikenal gugup
dalam bahasa Indonesia.
Sang examinator menjelaskan padaku dan Perry, bahwa saat ujian nanti
aku tak perlu lagi parkir, karena parkirku sudah baik. Tapi
veruitkijken alias kemampuanku melihat jauh masih kurang baik, aku
masih banyak ragu ragu di jalan tol dan kurang baik di perempatan. Dari
hasil itu Perry tak mau mendaftarkanku secepatnya untuk ujian, katanya
aku mesti belajar lebih keras lagi. Tentu aku kecewa karena itu artinya
banyak hal, masih akan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh Luc,
masih akan ada waktu panik luar biasa saat les mobil. Tahukah kalian,
aku sampai harus menelan obat penenang setiap hari jumat sesaat setelah
keluar dari kelas, saat Perry menjemputku di sekolah. Teman temanku
sampai berkomentar jangan lupa pil nya hahaha, bahkan dosenku sudah
hapal jika hari jumat datang, dia bilang setiap jumat aku tak dapat
berkonsentrasi dengan baik. Aha!
Kemudian setelah bulan Mei datanglah Juni, aku puasa, aku tak dapat
menelan pilku lagi, panik semakin menjadi jadi, eh tiba tiba Perry
bilang dia akan pergi berlibur selama tiga minggu. Ah bagaimana mungkin
dia meninggalkanku sementara aku tengah bersiap akan ujian? Dia berjanji
bahwa dia akan mendaftarkanku setelah dia pulang nanti, tapi ternyata
aku harus ke Portugal, kami sepakat akan mengambil ujian setelah aku
kembali dari Portugal.
Dan tanggal 7 September lah, hari eksekusi itu. Sehari sebelumnya
aku sudah menelepon ibuku, meminta doa darinya agar ujianku dilancarkan,
anak anak sudah tau bahwa esok hari adalah hari penting untukku,
berkali kali Luc menenangkanku bahwa tidak lulus ujian mobil adalah hal
yang lumrah. Santai saja ucapnya.
Datang ke tempat ujian, aku sedikit tenang saat Perry berkata padaku
bahwa aku tak perlu khawatir tentang snelweg atau jalan tol, juga
tentang di perempatan, keluar dari mobil sebelum berjalan ke gedung
ujian untuk bertemu dengan examinator, aku memberekan mobil dulu,
kumatikan navigator, tanganku bergetar, Perry melihatnya. Kemudian
katanya…. Yayang, you can do it! You will be pass.
Aku terbelalak mendengar perkatannya, kuucapkan terimakasih sambil
menenangkan gemuruh di hatiku. Aku melangkahkan kaki ke gedung
bersamanya, berkenalan dengan examinator, mendengarkan peraturan yang
harus aku jalankan saat ujian nanti, kemudian melangkahkan kaki
bersamanya menuju mobil, Perry bertanya padaku apakah dia perlu
mendampingiku, aku menolaknya, aku hanya ingin berdua saja dengan
examinator! Perry kembali mgucapkan good luck padaku. Dan mulailah
eksekusi ini dimulai. Aku tenang, aku pasrah, aku menjalankan mobil
sesuai dengan permintaan examinator, menuju snelweg A13, tujuan Denhaag.
Kulewati route yang aku kenal dengan baik, saat masuk snelweg kulirik
rumahku diujung sana, hahaha. Kuarahkan mobil dengan percaya diri yang
luar biasa, kujawab setiap pertanyaan examinator yang super ramah sambil
menjalankan mobil dengan santainya, kuikuti kemauan sang examinator
yang memintaku keluar dari jalan tol melalui pintu ke arah Rotterdam
Airport. Aha wilayah rumahku, kukenal jalannya dengan baik, dan astaga
sang examinator mengarahkan ke arah jalan rumahku, untunglah tak sampai
melewati rumahku, jika saja sampai melewati rumah bisa bisa aku mampir
ke rumah untuk membawakan nasi goreng untuk sang examinator, sebagai
sogokan atau tanda terima kasih.
Kembali ke tempat ujian, aku memarkir mobil serapih mungkin, aku tau
sang examinator tak akan turun sebelum aku turun, dia akn melihatku
bagaimana caranya membuka pintu, kumatikan semuanya, rapih, lampu
dipadamkan, wiper dipadamkan (oh ya saat ujian hujan turun), kemudian
mesin dipadamkan, rem tangan tidak lupa tentu saja. Kemudian kulihat
kaca spion dalam dan luar dan tak lupa menegokkan kepala hampir 180
derajat sambil membuka pintu dengan dua tangan seperti yang diajarkan
Perry, sang examinator melihat semua itu.
Tak percaya rasanya saat aku duduk di kursi dan sang examintaor
mengucapkan selamat padaku, air mataku mengalir, kujabat tangannya
dengan gembira, kupeluk Perry dengan semangat. Seperti biasanya dia tak
bergeming dengan wajah datarnya, hanya berucap kamu berhak lulus, kamu
siswaku yang penurut, hahaha. Oh Perry!
Kini seminggu telah berlalu, rasanya aku tetap tak percaya setiap
bangun pagi aku tak perlu dijemput untuk les mobil lagi. Terus kuucapkan
syukur berkali kali, bahwa aku terbebas dari les mobil yang menyesakkan
itu.
Sebagai catatan aku hampir menghabiskan 2800 euro atau berkisar 45
juta rupiah untuk semua biaya meraih SIM ini, biaya ini termasuk ongkos
les setiap minggunya, biaya ujian teori, ujian praktek dan biaya proef
ujian. Hari itu aku dibanjiri ucapan selamat dari teman temanku yang
mengikuti test hari ini, itu karena aku memposting foto diriku yang
sedang mendekap buket bunga dari Luc diikuti postingan kata kata…
Alhamdulillah,
Terimakasih pada semua pihak yang mengikuti dan membantu meredam stressku tiap minggunya
Terimakasih pada semua pihak yang mengikuti dan membantu meredam stressku tiap minggunya
Goodbye Perry, Terimakasih atas bimbingan nya
#yeayyyygeslaagd
#yeayyyygeslaagd
Kemudian aku menerima what’sApp dari salah seorang sahabat Luc, ….Big
girl! I know how difficult is getting that driving license!!!! I had
like 7 exams!!!! Pppffff
Beberapa temanku yang aku kenal disini beberpa orang diantaranya
harus melewati dua tau tiga kali ujian, namun begitu aku mengenal empat
orang yang lulus dalam sekali ujian praktek, tapi tidak dengan ujian
teori. Dari semua itu aku mengenal seseorang yang harus melewati 11 kali
ujian praktek, tak dapat kubayangkan betapa tangguhnya orang itu!
Tuhan maha adil, Dia tak membiarkan umatnya stress berkepanjangan, maka dimudahkanlah ujianku.
Dan bagaimanakah cerita teman teman sekalian tentang mendapatkan SIM di negara lain, apakah seketat di Belanda?
Tulisan ini diambil dari https://thedaysofyayang.wordpress.com/2015/09/14/meraih-rijbewijs-sim-di-belanda