Tuesday 22 May 2018

Wow!!Pengalaman Membuat SIM di Belanda Menghabiskan 2.800 Euro (45 Juta)

Akhirnya aku berhasil meraih rijbewijs di Belanda alias SIM. Itupun dengan acara penuh drama dan cucuran keringat selama berbulan bulan. Berbulan bulan! Astaga…. selama itukah? Ya, dalam jangka waktu yang lama dan sulit diprediksi!
Tanggal 7 September 2015, aku bisa bernafas lega setelah dinyatakan lulus oleh examinator yang super ramah. Rasa syukur dan air mata mengiringi kepulanganku ke rumah saat Perry instrukturku mengantarkanku pulang. Ah sebegitu mengharu birukah, hingga aku mengeluarkan air mata saat dinyatakan lulus? Tapi begitulah kenyataanya.
Sejak tahun 1905 Belanda mewajibkan siapapun yang mengendari kendaraan bermotor untuk melengkapi dirinya dengan rijbewijs, saat itu belum ada ujian untuk meraih rijbewijs. Barulah di tahun 1927 diadakan test atau ujian kemampuan dalam mengendarai mobil, mereka yang lulus dari test tersebut berhak mendapatkan rijbewijs dan berkendaraan dengan mengikuti ketentuan yang ada.
Di Belanda, sebelum kita mendaftarkan untuk ujian praktek mobil, kita diwajibkan mengikuti les mobil dari seseorang yang profesional di bidangnya. Bisa melalui sekolah nyetir atau seseorang yang mempunyai kewenangan memberikan les mobil. Ini berbeda dengan negara negara Eropa lainnya yang bisa belajar dari orang bukan profesional, mereka bisa belajar dari siapapun (keluarga misalnya) yang penting saat ujian praktek lancar dan sesuai standar, maka kita dapat lulus walaupun tidak belajar dari seorang profesional.
Walaupun aku mempunyai pengalaman bertahun tahun mengendari mobil di Indonesia, itu bukan jaminan aku bisa lancar dan langsung lulus dalam ujian mobil ini. Dibutuhkan waktu yang cukup lama. Aku mulai ikut les mobil sejak bulan Nov 2014, seminggu sekali dimana tiap pertemuan adalah 100 menit dengan biaya 58 euro setiap satu pertemuan. Pada bulan desember sang instruktur atau pelatih mobilku liburan, sehingga akupun libur. Tgl 29 Januari 2015 aku lulus ujian teori,  dengan kerja keras yang maksimal aku berhasil lulus dalam satu kali ujian, hal yang luar biasa menurut instrukturku karena aku berasal dari negara yang tidak menggunakan bahasa Belanda namun toh berhasil lulus dalam sekali ujian. Ini ceritanya Ujian teori SIM.
Keadaan berbeda setelah aku lulus ujian teori, setiap datang Perry menjemputku, aku panik luar biasa, kemampuan menyetirku seakan makin mundur karena Perry selalu mengoreksiku dengan keras. Aku tau, aku bukan orang yang tabah jika dikerasi, aku hanya bisa bilang oke oke dihadapan Perry tapi hatiku sakit luar biasa, aku takut setiap dia datang. Saat aku salah aku diteriakinya, why? Tanyanya, kenapa melakukan kesalahan yang sama? Aku tak dapat menguasai mobil dengan baik, kurang kecepatan saat masuk ke jalan tol, terlalu cepat di dalam kota, terlalu cepat di setiap belokan, tak becus melihat kaca spion, tak mahir melihat petunjuk tempat, bahkan kadang aku mengambil jalan yang salah!
Berbulan bulan aku tak percaya diri jika harus les mobil, aku bercerita pada ibuku dengan menderitanya, diujung sana ibuku tak percaya. Bagaimana bisa? Aku sudah punya SIM sejak berumur 18 tahun, ibuku sudah nyetir mobil sejak aku kecil, dimana jaman itu jarang sekali ibu ibu yang menyetir mobil, ibuku tukang ngebut dan ternyata menurun padaku. Keluargaku tahu tentang kemampuanku menyetir mobil, teman lelakiku berkomentar, aku tidak termasuk dalam golongan mereka yang mendapat maklum dijalan raya jika mengendari mobil dalam arti lain perempuan yang dianggap tak setangkas laki laki jika berkendaraan, aku bukan golongan itu, hehehe.
Tapi kini, aku merasa berada di level paling bawah dalam berkemampuan menyetir mobil, dimata Perry aku selalu salah melulu. Luc menyarankan aku ganti instruktur, aku menolaknya! kataku tunggu hingga aku betul betul tak dapat menghandelnya.
Bulan Mei aku mengikuti proef examen. Tanganku menggigil saat menyetir mobil, keringat bercucuran, rasanya aku tak kuasa berpikir, yang ada dikepalaku adalah aku ingin segera kembali ke tempat ujian, tak peduli hasilnya seperti apa. Sang examinator menjelaskan pada intrukturku apa yang terjadi selama proef examen. Proef examen adalah ujian yang bukan sesungguhnya, dalam proef examen tak ada kata lulus atau tidak lulus. Ini adalah pengenalan ujian, semacam study bandingg lah, gini loh ujian mobil itu. Proef examen tidak diwajibkan, biasanya instruktur memberi advies pada kita, apakan kita perlu proef examen atau tidak. Perry menganjurkanku ikut proef examen karena aku selalu panik dan tak percaya diri. Zenewachtig istilahnya atau yang dikenal gugup dalam bahasa Indonesia.
Sang examinator menjelaskan padaku dan Perry, bahwa saat ujian nanti aku tak perlu lagi parkir, karena parkirku sudah baik. Tapi  veruitkijken alias kemampuanku melihat jauh masih kurang baik, aku masih banyak ragu ragu di jalan tol dan kurang baik di perempatan. Dari hasil itu Perry tak mau mendaftarkanku secepatnya untuk ujian, katanya aku mesti belajar lebih keras lagi. Tentu aku kecewa karena itu artinya banyak hal, masih akan banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh Luc, masih akan ada waktu panik luar biasa saat les mobil. Tahukah kalian, aku sampai harus menelan obat penenang setiap hari jumat sesaat setelah keluar dari kelas, saat Perry menjemputku di sekolah. Teman temanku sampai berkomentar jangan lupa pil nya hahaha, bahkan dosenku sudah hapal jika hari jumat datang, dia bilang setiap jumat aku tak dapat berkonsentrasi dengan baik. Aha!
Kemudian setelah bulan Mei datanglah Juni, aku puasa, aku tak dapat menelan pilku lagi, panik semakin menjadi jadi, eh tiba tiba Perry bilang dia akan pergi berlibur selama tiga minggu. Ah bagaimana mungkin dia meninggalkanku sementara aku tengah bersiap akan ujian? Dia berjanji bahwa dia akan mendaftarkanku setelah dia pulang nanti, tapi ternyata aku harus ke Portugal, kami sepakat akan mengambil ujian setelah aku kembali dari Portugal.
Dan tanggal 7  September lah, hari eksekusi itu. Sehari sebelumnya aku sudah menelepon ibuku, meminta doa darinya agar ujianku dilancarkan, anak anak sudah tau bahwa esok hari adalah hari penting untukku, berkali kali Luc menenangkanku bahwa tidak lulus ujian mobil adalah hal yang lumrah. Santai saja ucapnya.
Datang ke tempat ujian, aku sedikit tenang saat Perry berkata padaku bahwa aku tak perlu khawatir tentang snelweg atau jalan tol, juga tentang di perempatan, keluar dari mobil sebelum berjalan ke gedung ujian untuk bertemu dengan examinator, aku memberekan mobil dulu, kumatikan navigator, tanganku bergetar, Perry melihatnya. Kemudian katanya…. Yayang,  you can do it! You will be pass.
Aku terbelalak mendengar perkatannya, kuucapkan terimakasih sambil menenangkan gemuruh di hatiku. Aku melangkahkan kaki ke gedung bersamanya, berkenalan dengan examinator, mendengarkan peraturan yang harus aku jalankan saat ujian nanti, kemudian melangkahkan kaki bersamanya menuju mobil, Perry bertanya padaku apakah  dia perlu mendampingiku, aku menolaknya, aku hanya ingin berdua saja dengan examinator! Perry kembali mgucapkan good luck padaku. Dan mulailah eksekusi ini dimulai. Aku tenang, aku pasrah, aku menjalankan mobil sesuai dengan permintaan examinator, menuju snelweg A13, tujuan Denhaag. Kulewati route yang aku kenal dengan baik, saat masuk snelweg kulirik rumahku diujung sana, hahaha. Kuarahkan mobil dengan percaya diri yang luar biasa, kujawab setiap pertanyaan examinator yang super ramah sambil menjalankan mobil dengan santainya, kuikuti kemauan sang examinator yang memintaku keluar dari jalan tol melalui pintu ke arah Rotterdam Airport. Aha wilayah rumahku, kukenal jalannya dengan baik, dan astaga sang examinator mengarahkan ke arah jalan rumahku, untunglah tak sampai melewati rumahku, jika saja sampai melewati rumah bisa bisa aku mampir ke rumah untuk membawakan nasi goreng untuk sang examinator, sebagai sogokan atau tanda terima kasih.
Kembali ke tempat ujian, aku memarkir mobil serapih mungkin, aku tau sang examinator tak akan turun sebelum aku turun, dia akn melihatku bagaimana caranya membuka pintu, kumatikan semuanya, rapih, lampu dipadamkan, wiper dipadamkan (oh ya saat ujian hujan turun), kemudian mesin dipadamkan, rem tangan tidak lupa tentu saja. Kemudian kulihat kaca spion dalam dan luar dan tak lupa menegokkan kepala hampir 180 derajat sambil membuka pintu dengan dua tangan seperti yang diajarkan Perry, sang examinator melihat semua itu.
Tak percaya rasanya saat aku duduk di kursi dan sang examintaor mengucapkan selamat padaku, air mataku mengalir, kujabat tangannya dengan gembira, kupeluk Perry dengan semangat. Seperti biasanya dia tak bergeming dengan wajah datarnya, hanya berucap kamu berhak lulus, kamu siswaku yang penurut, hahaha. Oh Perry!
Kini seminggu telah berlalu, rasanya aku tetap tak percaya setiap bangun pagi aku tak perlu dijemput untuk les mobil lagi. Terus kuucapkan syukur berkali kali, bahwa aku terbebas dari les mobil yang menyesakkan itu.
Sebagai catatan aku hampir menghabiskan 2800 euro atau berkisar 45 juta rupiah untuk semua biaya meraih SIM ini, biaya ini termasuk ongkos les setiap minggunya, biaya ujian teori, ujian praktek dan biaya proef ujian. Hari itu aku dibanjiri ucapan selamat dari teman temanku yang mengikuti test hari ini, itu karena aku memposting foto diriku yang sedang mendekap buket bunga dari Luc diikuti postingan kata kata…
Alhamdulillah,
Terimakasih pada semua pihak yang mengikuti dan membantu meredam stressku tiap minggunya 
Goodbye Perry, Terimakasih atas bimbingan nya
‪#‎yeayyyygeslaagd‬
Kemudian aku menerima what’sApp dari salah seorang sahabat Luc, ….Big girl! I know how difficult is getting that driving license!!!! I had like 7 exams!!!! Pppffff
Beberapa temanku yang aku kenal disini beberpa orang diantaranya harus melewati dua tau tiga kali ujian, namun begitu aku mengenal empat orang yang lulus dalam sekali ujian praktek, tapi tidak dengan ujian teori. Dari semua itu aku mengenal seseorang yang harus melewati 11 kali ujian praktek, tak dapat kubayangkan betapa tangguhnya orang itu!
Tuhan maha adil, Dia tak membiarkan umatnya stress berkepanjangan, maka dimudahkanlah ujianku.
Dan bagaimanakah cerita teman teman sekalian tentang mendapatkan SIM di negara lain, apakah seketat di Belanda?



Tulisan ini diambil dari https://thedaysofyayang.wordpress.com/2015/09/14/meraih-rijbewijs-sim-di-belanda